Start Up dan Unicorn Kunci Pertumbuhan Ekonomi Digital Indonesia

Jakarta, Kominfo -- Pertumbuhan start-up dan unicorn Indonesia merupakan salah satu kunci yang mendorong ekonomi digital di Indonesia. Hal itu disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara dalam paparannya tentang Potensi Ekonomi Digital bagi Start-up dalam BukaTalks by Bukalapak, di Kantor Bukalapak, Kemang, Jakarta, Selasa (28/08/2018) malam 

“Kombinasi valuasi 4 Unicorn Indonesia sudah melebihi kombinasi market capital dari XL, Indosat, dan Hutchitson Tri.  Padahal empat perusahaan ini berdiri baru sekitar 8 tahun yang lalu, servicenya diluncurkan 3-4 tahun yang lalu. Sementara operator tadi sudah puluhan tahun. Inilah gelombang ekonomi digital kita,” papar Menteri Rudiantara.

Untuk terus mendorong ekonomi digital tersebut, lanjut Menkominfo, pemerintah mengubah perannya dari regulator menjadi fasilitator hingga akselerator. “Dulu kita didatangi, sekarang pindah kita yang datangi, kita yang melakukan akselerasi dan memfasilitasi. Dinamikanya sudah berubah, makanya saya katakana ke teman-teman Kominfo, kalau ngga perlu minta izin ngga usah. Jadi start-up cukup registrasi online sendiri, ngga ada lagi datang minta izin.”

Namun Menkominfo juga menekankan pentingnya bagi start-up melewati tahapan yang menyeluruh. “Menjadi startup itu harus melewati proses yang menyeluruh karena di akhirnya nanti pasti akan menjadi unicorn. Yang dilakukan kominfo bukan hanya memikirkan apa yang dihasilkan saat ini tapi 5 10 tahun. Salah satunya pemerintah jadi “mak comblang” untuk start-up dengan investor, kita adakan !st Nexticorn International Summit Mei lalu di Bali. Start-upnya dikurasi oleh EY, karena kalau mau main internasional mainnya harus di kelas seperti itu,” jelas Menkominfo.

Senada dengan Menkominfo, Hermawan Kartajaya, Pakar Pemasaran Indonesia yang juga menjabat sebagai Staf Ahli Menteri Koperasi dan UKM, menekankan pentingnya skill yang menyeluruh bagi pegiat start-up untuk dapat mencapai status unicorn. “Kalau mau jadi unicorm harus segalanya, harus menggunakan teknologi tapi juga kuasai offline-nya. Orang-orang unicorn (para CEO Unicorn Indonesia, red.) gitu human relations-nya bagus, bukannya dia sembunyi di online tapi begitu ketemu di offline lari,” tegas Hermawan.

Lanjutnya, perlu dicari titik keseimbangan baru dari dua hal tersebut. “New Yinyang, mencari titik keseimbangan baru. Teknologi tentu saja menciptakan disrupsi, tapi bukannya berarti semua disuruh disrupsi,” jelas Hermawan.

Selain itu, produktivitas dan kreativitas menurutnya juga menjadi hal yang perlu diasah bagi para pegiat start-up. “Produktivitas selalu menjadi tolak ukur daya saing. Siapa yang produktif dia akan menang, tapi kalau ngga ada kreativitas akan mati juga. Tapi kalau hanya kreatif tapi ngga produktif, juga tidak ada hasilnya.” (VY)

 

 

sumber